Sepanjang sejarah, kaum perempuan memang kerap termarginalisasi. Ga percaya?? Coba simak pendapat 4 cendikiawan di bawah ini.
Plato menyatakan, “Perempuan harus diawasi seperti hewan peliharaan.” Aristoteles mengatakan, “Perempuan sesungguhnya adalah defect male.” Thomas Aquinas menambahkan, “Perempuan bukan makhluk ciptaan pertama seperti laki-laki.” Sementara Imanuel Kant berpendapat, “Perempuan bisa bersenang-senang, menyukai kemewahan.”
Di Indonesia sendiri, perempuan pada masa lampau juga mengalami berbagai ketidakadilan. Mulai dari tindak pingitan, larangan sekolah ‘tinggi-tinggi’, dijodohkan dengan orang yang tidak dikenal, sampai dengan dipoligami. Kasian banget kan??
Nah makanya, kita patut meneladani Ibu Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Christina Martha Tiahahu, dan para pejuang wanita lainnya yang berjuang baik demi kesetaraan derajat perempuan dengan laki-laki, maupun demi membela bangsa.
Sebenarnya saat ini pun, banyak perempuan masih mengalami ketidakadilan gender. Tak jarang, orang tua tanpa sadar lebih mendahulukan kepentingan anak laki-laki ketimbang anak perempuan mereka. Dalam pekerjaan semacam kontraktor, teknisi, montir, dan sebagainya, kaum perempuan juga seringkali diremehkan. Dan yang cukup mengenaskan saat ini adalah tingginya angka kekerasan terhadap perempuan, baik dalam rumah tangga maupun dalam hubungan pacaran.
Kodrat perempuan memang harus tunduk pada laki-laki (suaminya nanti). Tetapi perempuan diciptakan Tuhan sederajat dengan laki-laki (ingat cerita penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam?) dan berhak memperoleh penghargaan yang sama dengan laki-laki. Dan tentu saja, berhak hidup bahagia..
^nouphz^
Plato menyatakan, “Perempuan harus diawasi seperti hewan peliharaan.” Aristoteles mengatakan, “Perempuan sesungguhnya adalah defect male.” Thomas Aquinas menambahkan, “Perempuan bukan makhluk ciptaan pertama seperti laki-laki.” Sementara Imanuel Kant berpendapat, “Perempuan bisa bersenang-senang, menyukai kemewahan.”
Di Indonesia sendiri, perempuan pada masa lampau juga mengalami berbagai ketidakadilan. Mulai dari tindak pingitan, larangan sekolah ‘tinggi-tinggi’, dijodohkan dengan orang yang tidak dikenal, sampai dengan dipoligami. Kasian banget kan??
Nah makanya, kita patut meneladani Ibu Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Christina Martha Tiahahu, dan para pejuang wanita lainnya yang berjuang baik demi kesetaraan derajat perempuan dengan laki-laki, maupun demi membela bangsa.
Sebenarnya saat ini pun, banyak perempuan masih mengalami ketidakadilan gender. Tak jarang, orang tua tanpa sadar lebih mendahulukan kepentingan anak laki-laki ketimbang anak perempuan mereka. Dalam pekerjaan semacam kontraktor, teknisi, montir, dan sebagainya, kaum perempuan juga seringkali diremehkan. Dan yang cukup mengenaskan saat ini adalah tingginya angka kekerasan terhadap perempuan, baik dalam rumah tangga maupun dalam hubungan pacaran.
Kodrat perempuan memang harus tunduk pada laki-laki (suaminya nanti). Tetapi perempuan diciptakan Tuhan sederajat dengan laki-laki (ingat cerita penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam?) dan berhak memperoleh penghargaan yang sama dengan laki-laki. Dan tentu saja, berhak hidup bahagia..
^nouphz^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar