Ayo, ngaku.. siapa yang belum pernah menyontek?? Hampir semua orang yang pernah aku temui mengaku sudah pernah melakukan perbuatan terlarang ini. Aku sendiri bahkan sering melakukannya saat masih duduk di bangku sekolah. Aku sanggup datang pagi-pagi sekali ke sekolah untuk menyalin pekerjaan rumah sahabatku (yang pastinya lebih pintar dariku), jika ada tugas berbau-bau fisika. Maklum saja, otakku kurang mau berkompromi untuk menerima pelajaran yang satu ini.
Kalau menyontek pada saat ujian, aku baru beberapa kali melakukannya dan kapok untuk mengulanginya. Memang sih, aku memperoleh nilai yang cukup bagus, bahkan pernah sangat amat bagus sekali, tapi sama sekali ga ada kepuasan. Jadi, aku malas melakukannya lagi dan memilih untuk memberikan contekan saja. Hehe.. dosa juga sih, tapi dulu aku masih menganggapnya sebagai bentuk kesetiakawanan.
Pernah ga sih kamu bayangin, kalau semua orang di dunia ini pada nyontek? Ancur sudah dunia ini!! Dan itu pula yang terjadi dengan pendidikan di Indonesia. Sejak beberapa tahun belakangan ini, bukan hanya siswa yang aktif dalam bidang sontek-menyontek, guru, bahkan kepala sekolah pun ikut serta memberdayakan budaya ini. Alasannya mulai dari untuk membantu siswanya agar bisa lulus, cari tambahan uang dari para siswanya, sampai dengan demi mempertahankan citra sekolah yang sudah oke. Tapi kalau sudah ketahuan, apa sekolahnya masih akan dianggap oke? Ga, toh?
Btw, pernah nonton filmnya Stephen Chow (dalam film itu dia berperan sebagai polisi) yang ceritanya tentang siswa-siswa (di tempat dia melakukan penyelidikan) yang pada suka nyontek? Wah, jurus-jurus nyontek di film itu keren-keren banget deh, bahkan untuk dilakukan di zaman sekarang. Dan aku baru tahu kalau tingkat sontek-menyontek di Cina ternyata memang cukup parah (mungkin film ini jenis satire kali yei..). Kebanyakan alasannya adalah ketatnya persaingan untuk masuk ke sekolah bergengsi dengan harga murah. Maklumlah, jumlah sekolahnya terhitung sedikit dibandingkan dengan jumlah pelajar di sana (tahu kan kalau Cina merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbuanyak?).
Sebenarnya, pemerintah Cina sudah berusaha keras untuk memberantas kegiatan sontek-menyontek ini. Mulai dari ditambahnya jumlah pengawas di ruang ujian, pelajar yang sedang ujian selalu dikuntit bila ijin ke toilet, sampai dengan memblokir sinyal ponsel saat ujian berlangsung. Niat banget kan? Lalu apakah kegiatan ini lantas terhenti?? Hoho, ternyata masih aja tuh, malah yang ada para pelajar justru makin kreatif dalam menyontek. Tren terbarunya adalah dengan menanamkan earphone mini di dalam telinga mereka. Jadi, mereka membayar suatu komplotan yang khusus menuntun mereka mengerjakan soal ujian melalui earphone mini tersebut. Padahal tindakan semacam ini dapat menimbulkan efek samping, mulai dari pusing, mual, bahkan pernah ada pelajar yang sampai kolaps. Wuah parah banget kan?? Demi menyontek, keselamatan diri udah ga dianggap penting lagi!!
Jadi sebenarnya, menyontek itu bener-bener ga ada gunanya, apalagi memberi sontekan. Rugi bandar deh!! Sesusah-susahnya, mending kita usaha dengan jujur. Kalau kita nyontek, kita jadi ga akan tahu seberapa besar kemampuan kita, dan percaya atau tidak, sebenarnya kegiatan ini mengikis rasa percaya diri kita sedikit demi sedikit, lho. Lagipula kalau memang kita tidak begitu pandai dalam bidang akademis, kita kan masih bisa mengembangkan diri kita di luar bidang itu, misalnya saja dalam bidang olahraga, seni, tulis-menulis, dan sebagainya. Jadi, ngapain juga harus gempor-gemporan buat dapat ranking bagus tapi dengan cara yang ga halal? Ya, ga?
Kalau menyontek pada saat ujian, aku baru beberapa kali melakukannya dan kapok untuk mengulanginya. Memang sih, aku memperoleh nilai yang cukup bagus, bahkan pernah sangat amat bagus sekali, tapi sama sekali ga ada kepuasan. Jadi, aku malas melakukannya lagi dan memilih untuk memberikan contekan saja. Hehe.. dosa juga sih, tapi dulu aku masih menganggapnya sebagai bentuk kesetiakawanan.
Pernah ga sih kamu bayangin, kalau semua orang di dunia ini pada nyontek? Ancur sudah dunia ini!! Dan itu pula yang terjadi dengan pendidikan di Indonesia. Sejak beberapa tahun belakangan ini, bukan hanya siswa yang aktif dalam bidang sontek-menyontek, guru, bahkan kepala sekolah pun ikut serta memberdayakan budaya ini. Alasannya mulai dari untuk membantu siswanya agar bisa lulus, cari tambahan uang dari para siswanya, sampai dengan demi mempertahankan citra sekolah yang sudah oke. Tapi kalau sudah ketahuan, apa sekolahnya masih akan dianggap oke? Ga, toh?
Btw, pernah nonton filmnya Stephen Chow (dalam film itu dia berperan sebagai polisi) yang ceritanya tentang siswa-siswa (di tempat dia melakukan penyelidikan) yang pada suka nyontek? Wah, jurus-jurus nyontek di film itu keren-keren banget deh, bahkan untuk dilakukan di zaman sekarang. Dan aku baru tahu kalau tingkat sontek-menyontek di Cina ternyata memang cukup parah (mungkin film ini jenis satire kali yei..). Kebanyakan alasannya adalah ketatnya persaingan untuk masuk ke sekolah bergengsi dengan harga murah. Maklumlah, jumlah sekolahnya terhitung sedikit dibandingkan dengan jumlah pelajar di sana (tahu kan kalau Cina merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbuanyak?).
Sebenarnya, pemerintah Cina sudah berusaha keras untuk memberantas kegiatan sontek-menyontek ini. Mulai dari ditambahnya jumlah pengawas di ruang ujian, pelajar yang sedang ujian selalu dikuntit bila ijin ke toilet, sampai dengan memblokir sinyal ponsel saat ujian berlangsung. Niat banget kan? Lalu apakah kegiatan ini lantas terhenti?? Hoho, ternyata masih aja tuh, malah yang ada para pelajar justru makin kreatif dalam menyontek. Tren terbarunya adalah dengan menanamkan earphone mini di dalam telinga mereka. Jadi, mereka membayar suatu komplotan yang khusus menuntun mereka mengerjakan soal ujian melalui earphone mini tersebut. Padahal tindakan semacam ini dapat menimbulkan efek samping, mulai dari pusing, mual, bahkan pernah ada pelajar yang sampai kolaps. Wuah parah banget kan?? Demi menyontek, keselamatan diri udah ga dianggap penting lagi!!
Jadi sebenarnya, menyontek itu bener-bener ga ada gunanya, apalagi memberi sontekan. Rugi bandar deh!! Sesusah-susahnya, mending kita usaha dengan jujur. Kalau kita nyontek, kita jadi ga akan tahu seberapa besar kemampuan kita, dan percaya atau tidak, sebenarnya kegiatan ini mengikis rasa percaya diri kita sedikit demi sedikit, lho. Lagipula kalau memang kita tidak begitu pandai dalam bidang akademis, kita kan masih bisa mengembangkan diri kita di luar bidang itu, misalnya saja dalam bidang olahraga, seni, tulis-menulis, dan sebagainya. Jadi, ngapain juga harus gempor-gemporan buat dapat ranking bagus tapi dengan cara yang ga halal? Ya, ga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar