Jumat, 29 Februari 2008

(F)ather (A)nd (M)other (I) (L)ove (Y)ou

Kita semua pasti memiliki keluarga. Tak harus kandung, bisa tiri, angkat, atau siapa saja yang sudah kita anggap kerabat dekat. Lalu, apakah kita menyayangi keluarga kita? Jika ya, apakah tindakan kita selama ini sudah menunjukan rasa sayang kita pada keluarga ataukah justru menyakiti hati mereka?

Aku adalah anak pertama dalam suatu keluarga yang terdiri dari seorang ayah, seorang ibu, dan empat orang anak. Ketiga adikku bisa dibilang anak-anak yang sangat rewel dan sulit diatur. Kalo aku menasihati mereka, mereka malah menangis dan ujung-ujungnya, akulah yang kemudian dimarahi oleh kedua orang tuaku. Mungkin karena itu, aku jadi sering sebal pada mereka, pada Popz (ayahku) yang moody-an dan menurutku suka mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang keluarganya, Momz (ibuku) yang cerewet dan keras kepala, serta ketiga adikku yang sering berulah, berisik, dan membuat rumah berantakan.
Ketika mereka ingin meminjam barang-barang kepunyaanku, tak jarang aku malah membentak mereka dengan alasan mereka tidak bisa menjaga barang mereka sehingga nantinya barang-barangku pun berada dalam zona tak aman (bisa rusak, bahkan hilang). Sebaliknya, jika teman-temanku ingin meminjam barang, dengan senyum aku menyerahkan barang-barangku untuk mereka gunakan. Padahal tak jarang, teman-temanku juga merusak atau menghilangkan barang-barangku yang mereka pinjam.
Sering juga aku mengamuk jika keluargaku berbuat salah padaku. Ekspresiku bisa berupa umpatan, bentakan, atau bantingan barang. Tetapi jika temanku berbuat salah, aku bisa dengan mudahnya berkata, “Tidak apa-apa,” lalu mengobrol seperti biasa dengan mereka.
Kalau kupikirkan lagi, ironis sekali perlakuanku terhadap keluargaku. Padahal merekalah yang selalu ada saat aku senang maupun susah, merekalah yang selalu mendukung aku dalam doa mereka, merekalah yang selalu merindukan kehadiranku, sejak aku hadir di dunia ini hingga detik ini. Kadang mereka memang mengecewakan aku, tapi tak jarang pula aku mengecewakan mereka. Bahkan salah satu alasanku mengambil kuliah di luar kota adalah agar bisa lepas dari keluargaku.
Setelah kuliah di kota ini, aku baru tahu bahwa dunia ini tak seindah yang kukira, bahkan bisa jadi sangat ganas dan kejam. Dan keluargaku adalah salah satu tempatku bersandar ketika aku harus melalui masa-masa perkuliahan yang berat karena tidak sesuai dengan hal yang selama ini kuimpikan, kehilangan teman-teman terbaikku di masa sekolah, dan pertemuan-pertemuan dengan orang-orang yang begitu mengecewakan aku.
Tapi untunglah, masih ada keluarga yang selalu setia mendukung aku. Terima kasih, Tuhan, karena Kau mengaruniakan aku keluarga yang begitu luar biasa. Dan terima kasih juga karena Kau justru menambahkan keluarga baru buatku di kota ini. Sahabat-sahabat yang mau menerimaku apa adanya dan tak putus-putusnya mendukung dan menghibur aku. Aku benar-benar menyayangi mereka semua, Popz, Momz, adik-adikku, dan tentu saja sahabat-sahabatku.
Mari mulai saat ini, kita tunjukanlah rasa sayang kita pada keluarga. Tak harus dengan kata-kata, tapi buktikan melalui tindakan kita. Perhatian yang sederhana sekalipun dapat membekas di hati mereka. Seringkali kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangan dan kita tidak tahu apa yang belum kita miliki sampai kita mendapatkannya.

Tidak ada komentar: