Sabtu, 09 Februari 2008

Tinjauan Pergeseran Orality dalam Bentuk Literasi pada Mailing List

(Hehe.. ini tugas akhir sejarah media massa gue. Lumayan siy, dapet B..)

Pada dasarnya, mailing list (biasa disebut milis) adalah daftar nama dan alamat yang digunakan individu maupun organisasi untuk mengirim pesan kepada banyak orang atau penerima. Istilah ini kemudian mengalami perluasan di mana milis disebutkan mengandung makna anggota suatu daftar, media komunikasi di internet yang menggunakan e-mail (electronic mail), dan sarana orang untuk terus memperbaharui informasi dengan cara berlangganan sejumlah mail reflector (mailbox elektronik khusus, di mana ketika alat tersebut menerima pesan, secara otomatis merespon dengan mengirimkan kembali ke mailbox lain dimana pada akhirnya proses ini menciptakan kelompok diskusi untuk topik tertentu) yang sering juga disebut mail exploder.
Milis adalah sebuah forum diskusi yang melibatkan banyak orang yang memiliki interest pada hal yang sama. Akan tetapi forum diskusi semacam ini menimbulkan tanda tanya sebab diskusi yang dilakukan tidak selalu mengarah pada hal yang positif. Beberapa orang yang memiliki interest negatif kerap memanfaatkan media ini. Selain itu, milis juga dapat membuat interaksi antarmanusia semakin berkurang orang semakin individualistis dan kurang peka pada lingkungan sekitar, terutama lingkungan sosialnya.
Pertanyaan yang ingin saya rumuskan di sini adalah: Bagaimana konsekuensi milis bagi masyarakat Indonesia sebagai sarana mengeluarkan pendapat (oral) secara tertulis (literacy)? Positif ataukah negatif?
Rangkaian pusat yang membentuk Internet bermula pada tahun 1969 sebagai ARPANET, yang dibangunkan oleh ARPA (United States Department of Defense Advanced Research Projects Agency). Beberapa penyelidikan awal yang disumbang oleh ARPANET termasuk kaedah rangkaian tanpa-pusat, teori queueing, dan kaedah pertukaran paket. Pada 01 Januari 1983, ARPANET menukar protokol rangkaian pusatnya, daripada NCP kepada TCP/IP.
Pada sekitar 1990-an, internet telah berkembang dan merangkaikan kebanyakan daripada rangkaian-rangkaian komputer yang sedia ada. Pelbagai aplikasi internet, seperti pelayar web, FTP dan TelnetIntenet dikuatkuasa oleh perjanjian dwi- atau pelbagailateral "multilatera" dan spesifikasi teknikal (protokol yang menerangkan tentang perpindahan data antara rangkaian).
Sejarah milis tidak dapat dilepaskan dari perkembangan e-mail maupun internet. Penemuan e-mail beberapa tahun yang lalu ditanggapi dengan munculnya mailing list (milis). Penemuan selanjutnya adalah bahwa dengan mengkombinasikan beberapa alamat email ke dalam alamat tunggal (single), sebuah email dapat dikirim kepada sejumlah orang dalam satu waktu. Milis pertama dijalankan dengan program ARPANET dengan berdasarkan program email pertama, SNDMSG5. Beberapa milis awal yang populer adalah :
1. human-nets : manusia dan hubungannya dengan jaringan (network)
2. network-hackers : programmer internet dan masalah hak cipta
3. sf-lovers : literatur fiksi ilmiah
4. wine-taster
Milis di ARPANET menginspirasi Jim Ellis dan Tom Truscott untuk mengembangkan Usenet yang menyediakan fungsi milis untuk organisasi yang tidak terhubung dengan ARPANET. Versi lain milis dibuat oleh jaringan BITNET yang memungkinkan ribuan peneliti saling tukar informasi di antara organisasi di seluruh dunia. BITNET juga mengkopi sebagian besar milisnya ke ARPANET. Pada perkembangannya, terdapat beberapa software yang digunakan untuk menjalankan milis, di antaranya adalah:
1. Litserv
Versi pertama Litserv diciptakan oleh Ira Fuchs dari BITNET dan Dan Oberst dari EDUCOM (yang kemudian berubah menjadi Educause), serta diterapkan oleh Ricky Hernandes (juga dari EDUCOM). BITNET kemudian termotivasi untuk mendirikan NFSnet dan Internet. Litserv kemudian mengalami kemunduran dengan adanya versi baru yaitu Revised Litserv yang dikembangkan Eric Thomas dari CERN (1996). Sekarang, Litserv dikembangkan dan dijalankan oleh Unre, IBM VMS, Microsoft Windows, Macintosh, dan INPE. Pada tahun 2000 Litserv diaplikasikan pada komputer di seluruh dunia dengan mengelola lebih dari 50 ribu milis dan mengirim lebih dari 20 juta pesan per hari melalui internet.
2. Majodormo
Versi pertama dibuat oleh Brent Chapman di San Francisco, California. Ia menciptakan software untuk menangani beberapa milis bagi System Administrators Guild (SAGE). Versi perdana tersebut mulai disebarkan pada Juni 1992. Pengembangan Majodormo kemudian dilakukan John Rouillard yang menaikkan versi 1.62 menjadi 1.93. Kemudian Chan Wilson mengembangkan hingga versi terbaru 1.94.4 pun dihasilkan.
Majodormo dirancang dengan kelengkapan standar sebuah email. Software ini dikembangkan di Unix dengan bahasa komputer Pearl. Karena bahasa Pearl sangat padat, kaya fitur, dan fleksibel, Majodormo dapat dengan mudah diaplikasikan. Majodormo memiliki konstruksi modular yang bagus untuk memisahkan fungsi milis dari fungsi email, sebab terdapat serangkaian skrip konfigurasi untuk menerapkan fitur milis, termasuk kelengkapan standar email yang menyajikan seluruh fungsi email. Karena itu, pengembangan Majodormo lebih terkonsentrasi kepada fungsi milis dan cenderung tidak memperhatikan perkembangan teknologi email.
3. Listproc
Merupakan software pertama untuk Unix. Software ini dikembangkan oleh Anastasios Kotsikonas di Univeresitas Boston pada 1980-an. Listproc sudah digunakan secara luas dan sekarang didukung oleh CREN (Corporation for Research and Educational Networking). Awalnya, digunakan nama Unix Litserv, namun nama tersebut mengganggu pengembang Litserv, Eric Thomas. Ketika mendirikan L-Cott Company, ia mulai mengkhawatirkan pengaruh nama tersebut akan mempengaruhi penjualan sehingga kemudian digunakanlah nama List Processor atau Listproc.

CARA KERJA, TIPE, DAN TEKNIK PENGGUNAAN
Milis dijalankan oleh program komputer yang bernama list server yang berfungsi membaca pesan dan mengkopinya ke setiap orang yang menjadi anggota milis. Masing-masing milis terhubung ke sistem e-mail dan dapat mengirim atau menerima pesan secara cepat. Setiap list server mengatur dua alamat e-mail yang dihubungkan dengan masing-masing milis :
1. Alamat server: digunakan untuk memproses perintah administratif, seperti menjadi anggota milis.
2. Alamat list: digunakan oleh list itu sendiri ketika server menerima sebuah email yang dikirim ke alamat list, secara otomatis ia mengkopinya ke semua orang yang menjadi anggota (berlangganan) milis.
Milis sendiri memiliki beberapa tipe/jenis, seperti:
1. Unmoderated: Milis ini tidak memiliki moderator sebagai orang yang bertugas memeriksa email yang dikirim ke dalam milis untuk memastikan kelayakan pesan sebelum didistribusikan server kepada pelanggannya sehingga memungkinkan pelanggan untuk mengirim email kepada milis untuk kemudian secara otomatis didistribusikan kepada semua pelanggan, dalam waktu yang bersamaan tanpa pengawasan.
2. Moderated: Milis ini memiliki moderator dan email yang jumlahnya lebih banyak dibanding yang seharusnya karena masalah email spam (email yang sebenarnya berupa virus, pelanggan palsu), tetapi biasanya memiliki lebih sedikit anggota dan lalu lintas pesan yang rendah karena memerlukan banyak waktu bagi moderator untuk membaca dan mengecek semua email yang masuk.
3. One way: digunakan untuk mendistribusikan pesan dari sumber utama. Jenis ini sering digunakan oleh organisasi untuk mendistribusikan informasi. Jumlah milis ini tidak banyak namun biasanya memiliki anggota dalam jumlah besar.
Ada beberapa jenis teknik penggunaan milis, di antaranya adalah finding list (menemukan list), subscribe (berlangganan), unsubscribe (menghentikan berlangganan), sending (mengirim), replying (membalas), digest (merangkum), web interface, dan etiquette (etika).

TINJAUAN ORALITY DALAM BENTUK LITERACY PADA MILIS
Seperti telah dijelaskan di atas, milis merupakan suatu forum diskusi. Mulanya, orang berdiskusi secara oral, seperti dalam rapat atau musyawarah. Orang Indonesia cenderung kurang pandai adu debat dalam bentuk diskusi oral karena terikat oleh berbagai nilai-nilai yang dianggap keramat (seperti kesopanan) ataupun karena budaya malu.
Forum diskusi dalam bentuk milis menggeser pola diskusi oral, menjadi bentuk literacy (tulisan). Itupun masih ditambah dengan kebebasan menggunakan identitas apapun untuk kenyamanan pribadi. Dengan adanya milis, orang Indonesia yang kurang bisa adu debat secara oral, dapat mengemukakan pendapatnya melalui milis.
Biasanya, orang tak segan-segan untuk berpendapat secara blak-blakan atau kritis karena adanya rasa nyaman (identitas tak diketahui). Tetapi bukan berarti orang tak bisa menunjukan eksistensinya. Orang dikenal dalam forum diskusi milis karena pendapatnya dikemukakannya (baik pro maupun kontra, baik ataupun buruk), bukan karena status atau jabatannya.
Tak hanya itu, orang Indonesia yang cenderung memiliki kepribadian tertutup dapat menjadi lebih terbuka (mengeluarkan ‘suara’nya) dalam milis dan terbuka untuk menerima kritik dan saran (masukan) dari orang lain, sesama anggota. Orang pun menjadi lebih bersemangat untuk mencari tahu tentang berbagai hal untuk menegaskan kebenaran dari pesan yang ia terima, tidak lekas percaya begitu saja.

KONSEKUENSI MILIS
Secara umum, adanya milis menciptakan komunitas yang disebut dengan virtual reality atau komunitas virtual (realitas sintesis, yang merujuk pada lingkungan yang “menyelubungi” atau “menghidupkan secara sensual” yang diperoleh seorang individu dengan cara menghubungkan dirinya ke komputer). Hal ini dapat membawa konsekuensi bagi para penggunanya (khusunya di Indonesia)sebagai berikut.

Konsekuensi sosial
Perubahan hubungan sosial: orang Indonesia yang malu (dan takut) untuk mengeluarkan pendapat, menjadi terbuka untuk berpendapat dan berekspresi melalui milis karena di dalam diskusi milis, orang bisa menyembunyikan identitas tetapi tetap menunjukan sekaligus menegaskan eksistensinya melalui hal-hal yang dituliskannya.
Transformasi sosial: masyarakat Indoneisa yang cenderung segan untuk berpendapat dengan alasan kesopanan, dapat mengemukakan pendapat secara blak-blakan, tetapi tetap menjalin silaturahmi dengan sesama anggota.

Konsekuensi kultural
Perubahan sistem nilai dan norma, seperti:
1. prinsip kritisme, yaitu kemampuan seorang individu untuk melihat yang baik dan yang jelek dari realitas sosial
2. prinsip keterbukaan, yaitu kemampuan seorang individu untuk terbuka terhadap semua nilai yang datang dari luar dirinya
3. prinsip universalisme, yaitu kemampuan seorang individu untuk mematuhi nilai-nilai yang berlaku umum
4. prinsip skeptitisme, yaitu kemampuan individu untuk tidak percaya begitu saja pada pesan yang diterima
Penyerahan sebagian otoritas diri (bagi sebagian orang): orang cenderung lebih percaya pada isu yang disebarkan melalui milis karena setelah membaca pesan anggota malas mengecek ulang kebenaran informasi yang mereka peroleh

Konsekuensi budaya
Ada dua konsekuensi, yakni perubahan orality ke dalam bentuk literacy dan penguatan rasisme karena hanya mau bergabung dengan orang yang memiliki kepentingan yang sama saja.

Konsekuensi teknologi
Efektifitas waktu, biaya, dan tenaga: pesan yang disampaikan melalui milis dapat terkirim cepat ke semua anggota dengan sekali proses pengiriman saja, berbeda halnya jika kita harus menghubungi sesama anggota dengan surat (seperti undangan) atau telepon. Selain itu, muncul pula berbagai pesan tak penting, seperti spam dan virus komputer yang merugikan anggota milis lainnya.

PENUTUP
Milis yang adalah bentuk forum diskusi baru berhasil menanggulangi berbagai hambatan yang membuat masyarakat Indonesia sulit mengemukakan pendapat, seperti budaya malu dan segan. Hal ini dikarenakan bentuk awal forum diskusi yang berupa oral bergeser ke arah literacy yang dianggap lebih ’aman’ dan nyaman oleh orang Indonesia pada umumnya.
Menurut saya, milis membawa pengaruh bebas mengemukakan pendapat, seperti yang lazim pada masyarakat Barat. Melalui milis, orang Indonesia menjadi lebih terbuka, baik mengeluarkan maupun menerima pendapat orang lain. Secara disadari atau tidak, orang yang terbiasa mengemukakan pendapatnya dalam milis akan membiasakan diri juga untuk menyuarakan pendapatnya di dunia forum diskusi nyata, secara oral.
Terlepas dari adanya kelompok-kelompok pengacau, seperti para hacker yang membuat milis khusus bagi ’pendidikan’ anggotanya, milis adalah wahana yang bagus untuk menambah nilai-nilai dan pengetahuan baru dari dan bagi sesama anggota. Bagi anggota milis alumni sekolah maupun perguruan tinggi atau milis khusus atas ketertarikan yang sama (game, misalnya) milis juga dapat digunakan sebagai sarana silaturahmi.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abrar, Ana Nadhya. 2003. Teknologi Komunikasi Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : LESFI.
Pavlik, John V. 1996. New Media Thechnology Cultural and Commercial Perspectives. Boston : Allyn and Bacon.
Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology The New Media in Society. New York: The Free Press.
Artikel Online
“Awal Sejarah Internet di Indonesia” http://free.vlsm.org/v09/onno-ind-1
“Berdiskusi di Mailing List” http://komputeraktif.com/langkah.asp?tahun=2001& edisi=10
“Electronic Mailing List” http//:
www.en.wikipedia.org/wiki/Electronic_mailing_list
“Hikayat Awal Penggunaan Milis di Indonesia” http//:
www.rms46.vlsm.org/1/24.html
http//:
www.useit.com
“Mailing List” http//:
www.en.wikipedia.org/wiki/Mailing_list
“Sejarah Mailing List” http//:
www.mldi.or.id/sejarah.htm

Tidak ada komentar: