Sabtu, 09 Februari 2008

Kontoversial Film 'D Passion of D Christ'

(Makalah ini gue buat dalam rangka ujian akhir filmologi gue dan hasilnya adalah nilai C. Hiks.. hiks.. Tapi wajar aja siy.. secara niy makalah cuma 1500-an kata doank, padahal syaratnya 2500, kalo ga salah.. Hehe.. Ga taw lagi, je, mo nulis apa..)
Sebuah film yang mengisahkan tentang 12 jam terakhir sebelum Yesus disalibkan..
Kisah sesungguhnya tentang kesengsaraan yang dialami Yesus..
Bukti nyata kasih Yesus..


Adegan pembuka film ini ber-setting di Taman Getsemani, di mana Yesus sedang berdoa setelah Perjamuan terakhir. Terlihat bahwa Yesus tidak mengindahkan godaan setan. Kemudian, datanglah Yudas Iskariot bersama para suruhan Imam-imam farisi menangkap Yesus dan membawanya ke Bait Allah. Sebelum memperoleh hukumannya, Yesus dicambuk habis-habisan dan diberi mahkoda duri oleh para prajurit Roma. Ia diludahi dan dimaki-maki. Kemudian Ia harus memikul salibNya ke Golgota, Bukit Tengkorak untuk disalibkan. Karena kelelahan, para prajurit menyuruh Simon dari Kirene untuk membantu Yesus membawa salibnya. Tiba di Bukit, disaliblah Yesus.
Sebenarnya The Passion bukanlah film pertama yang mengetengahkan Yesus sebagai tokoh utama cerita. Sebelumnya ada King of Kings (1961), The Greatest Story Ever Told (1965), Jesus Christ Superstar (1973), Jesus of Nazareth (1977), Jesus Christ: Lust of Glory (1979), dan The Last Temptation of Christ (1988), lalu tahun 2003 muncullah film baru yang mengisahkan kembali penderitaan Yesus, The Passion of The Christ. Tetapi, dibanding film-film sebelumnya, The Passion-lah yang paling heboh dan menimbulkan kontroversi, bahkan sebelum film ini dirilis.
Kegemparan itu bermula dari sebagian besar adegan The Passion yang menonjolkan kekerasan. Persoalan penggambaran kekerasan dari film The Passion bukan hanya kesulitan pada saat pengambilan adegannya, tetapi lebih pada intensitas kekejaman yang menghapuskan hal-hal lainnya yang ada di dalam film tersebut, termasuk pesan religius film ini. Film ini secara vulgar mempertontonkan bagaimana Yesus dirajam dengan cambuk berujung besi hingga kulitnya ikut tercerabut, darah bercururan dari kepala yang dimahkotai duri, hingga dipaku di kayu salib. Ini seperti pertunjukan kebiadaban tanpa belas kasih. Karena itu, berbagai kalangan mengkategorikan film ini restricted alias hanya boleh ditonton oleh orang yang usianya di atas 18 tahun.
Reaksi paling keras datang dari masyarakat Yahudi (pastinya). Salah satu kritik yang paling keras datang dari Ketua Liga Yahudi anti-fitnah, Abraham Foxman, yang mengatakan bahwa ia kecewa terhadap Gibson yang tak mau membuat perubahan pada adegan terakhir film. Ia menganggap Mel Gibson terlalu hiperbola dan egois karena tidak mau mendengarkan kritik dari para pemuka agama Yahudi yang sejak awal meminta adanya perubahan cerita, terutama pada bagian akhirnya. Tetapi rupanya tidak sedikit perubahan pun yang dilakukan Mel. Menurutnya, film ini tetap memperlihatkan sikap mendua dengan menaruh beban kesalahan di pundak bangsa Yahudi, yang memperlihatkan bangsa Yahudi yang penuh rasa dendam. Sedangkan bangsa Romawi, bangsa yang penuh pengertian. Para pemuka Yahudi itu menilai bahwa The Passion hanya ingin menunjukkan bahwa Yahudi-lah yang membunuh Yesus. Padahal sebelumnya ada ratusan Yahudi yang disalibkan dan menjadi korban senasib Yesus pada masa Holocaust (setahu saya penyaliban memang jenis hukuman mati pada masa itu, seperti hukuman gantung atau tembak-nya masa sekarang).
Tetapi dalam sebuah wawancara yang disaksikan sekitar 17,5 juta orang, Mel Gibson membantah tudingan itu. Ia berharap film ini dapat membawa pesan betapa hebat pengorbanan dan keberanian Yesus yang mampu membawa perubahan pada diri banyak orang. Ia juga mengaku dalam film garapannya ini, sama sekali tak ada pesan anti-Semit.
Di samping itu, terdapat beberapa kejanggalan di dalam film The Passion. Sebenarnya, kejanggalannya sangat sederhana, tetapi cukup mengganggu tontonan. Berikut beberapa di antaranya.
  1. Ketika Yesus mengatakan pada Petrus untuk menghentikan perlawanannya terhadap orang-orang suruhan para Imam Farisi, background-nya adalah sebuah pohon kecil yang disebelahi sebuah pohon besar. Kemudian kamera mengambil gambar Petrus. Ketika gambar yang di-shot kembali pada Yesus, background-nya sudah terbalik.
  2. Saat adegan Yesus mengangkat kayu salib menuju Bukit Tengkorak, terlihat bahwa tali pengikat kayu itu kendur dan tentu seharusnya tali itu tidak dapat menopang brat kayu tersebut. Berarti ada effect yang kelupaan ditambahkan.
  3. Sebelum tentara Roma menyuruh Simon dari Kirene menolong Yesus menggendong salib, Yesus jatuh dan terlihat bahwa mata kirinya mengalami pembengkakan. Shot berganti sesaat, dan ketika kembali pada Yesus, ganti mata kanannya yang bengkak.
  4. Pada flashback-scene dimana Yesus berkonfrontasi dengan para Imam Farisi saat mereka hampir melempari Maria Magdalena dengan batu, Yesus menuliskan sesuatu di tanah dengan tangan kanannya, tetapi close-up yang diambil adalah tangan kirinya.

Sebelum diputar secara luas, Mel memang memberikan kesempatan khusus kepada ribuan pemuka agama, pendeta, pastor, dan kalangan media untuk menonton film ini. Paus Yohanes Paulus II (almarhum) bahkan memuji The Passion sebagai film realis. Namun kegemparan yang terjadi menyebabkan sejumlah tokoh gereja Katolik merasa perlu menanggapi apa yang terjadi di masyarakat. Bahkan sekretaris sang Paus menarik kembali pernyataan Paus yang berisi dukungan terhadap film ini melihat kegemparan yang terjadi.

Tidak ada aktor atau aktris ternama tampil di film ini. Berikut ini adalah nama-nama para pendukung film ini.

  • James Caviezel - Jesus
  • Maia Morgenstern - Mary
  • Monica Bellucci - Mary Magdalene
  • Mattia Sbragia – Caiphas
  • Hristo Naumov Shopov - Pontius Pilate
  • Claudia Gerini - Claudia Procles
  • Luca Lionello - Judas Iscariot
  • Sergio Rubini - Dismas
  • Toni Bertorelli - Annas
  • Roberto Bestazzoni - Malchus
  • Giovanni Capalbo - Cassius
  • Rosalinda Celentano - Satan
  • Francesco DeVito - Peter
  • Hristo Jivkov - John
  • Jarreth Merz - Simon
  • Matt Patresi - Janus
  • Fabio Sartor - Abenader
  • Lello Giulivo - Brutish Roman
  • Emilio De Marchi - Scornful Roman
  • Roberto Visconti - Scornful Roman
  • Giancinto Ferro - Joseph of Arimathea
  • Olek Mincer - Nicodemus
  • Adel Ben Ayed - Thomas
  • Chokri Ben Zagden - James
  • Luca De Dominicis - Herod
  • Pedro Sarubbi - Barabbas
  • Andrea Ivan Refuto - Young Jesus
  • Jarreth Merz - Simon Of Cyrene

Tidak hanya nama-nama di atas yang memiliki peranan penting dalam The Passion. Berikut adalah orang-orang yang ada di balik sukses film kontroversial ini.

  • Director(s) : Mel Gibson
  • Writer(s) : Mel Gibson, Benedict Fitzgerald
  • Producer(s : Mel Gibson, Bruce Davey, Stephen McEveety
  • Executive Producer(s) : Enzo Sisti
  • Cinematography : Caleb
  • Editing : John Wright
  • Music Composer : John Debney
  • Production Design : Francesco Frigeri
  • Set Direction : Carlo Gervasi
  • Costume Design : Maurizio Millenotti
  • Casting : Shaila Rubin
  • Special Effects : Ted Rae - visual effects, Keith Vanderlaan
  • Makeup effects : Greg Cannom, Keith Vanderlaan
  • Technical Advisor : William J. Fulco - Theological Consulting and Aramaic/Latin Translation

Film ini menggunakan bahasa Latin-Aramaic, bahasa asli yang dipergunakan di abad 30 sebelum masehi. Sedang bahasa Inggris hanya menjadi teks saja. Menurut sang sutradara hal ini dikarenakan demi menjaga keaslian atau keotentikan cerita.

Entah karena kontroversial atau memang bagus, yang pasti The Passion sukses menjadi jawara box office dengan meraup keuntungan tidak kurang dari 575 juta dolar dari perhitungan tiket bioskop. Jadi, ini belum termasuk keuntungan penjualan VCD maupun DVD-nya. Tidak pernah ada film religius yang memperoleh keuntungan sebanyak ini. Tetapi mengapa film ini laris manis di pasaran dunia?

Pertama, karena kekontroversialannya, baik dari sisi muatan, produksi, genre, sampai pemasarannya. Sebelum dirilis, The Passion sudah mengundang banyak kontroversi dari berbagai kalangan, terutama dari negara asal Mel sendiri, Amerika. Karena itu, proses pembuatan film ini tersendat-sendat. Tidak hanya di kalangan kaum Kristiani, melainkan juga umat Yahudi dan yang lainnya. Ada yang mengelu-elukannya, tapi seperti yang telah disebutkan di atas, tidak sedikit pula yang mencemooh.

Banyak orang yang setelah menonton film ini, tidak tahu apa sesungguhnya makna yang dapat mereka ambil dari film ini. Saya pribadi merasa memang tidak ada makna penting dalam film ini, baik yang bernuansa religius maupun lainnya. Menurut saya, bahkan hampir tidak ada unsur religius di dalam film ini. Adegan-adegan sadis yang muncul malah menenggelamkan unsur religius yang seharusnya menjadi tema besar film.

Hal yang sama juga terjadi pada sebagian pemuka agama Kristen. Banyak dari mereka yang tadinya memuja film ini serta ikut mempromosikannya, malah kemudian diam seribu bahasa setelah penayangan film ini. Sebagian dari mereka tidak menyangka bahwa kesadisan yang dipertontonkan sevulgar itu. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak pemasaran film ini karena pada dasarnya manusia menyukai hal-hal yang berbau kontroversi, sehingga tidak mengherankan film ini bisa laku keras.

Kedua, para pemuka agama Kristen di berbagai penjuru dunia ikut serta mempromosikan film ini kepada jemaat-jemaat mereka. Mereka tidak sadar telah diperalat oleh pihak pemasaran film ini. Buktinya, banyak pula orang-orang Kristen yang mengkritik pedas isi dari film ini. Parahnya, di Indonesia, pihak gereja yang dimotori oleh para pemimpin jemaat, malah membeli VCD dan DVD bajakan dalam jumlah banyak dan dijual kepada para jemaat. Artinya, entah disadari atau tidak, mereka telah melakukan tindakan ilegal secara langsung dan seharusnya mendapat tindak pidana dari pemerintah. Hal ini sungguh tidak relevan dengan ajaran yang mereka anut dan nasihatkan kepada jemaat mereka, dimana salah satu isinya adalah ‘jangan mencuri’. Tentunya ini bukanlah contoh yang baik bagi para umat yang mereka pimpin.

Ketiga, pihak pemasaran menginformasi bahwa sang sutradara film ini adalah seseorang yang religius. Atau setidaknya orang yang terobsesi menyebarluaskan kasih Yesus kepada dunia. Dengan demikian, semakin menariklah film ini di mata umat Kristiani. Bahkan ada berita yang mengabarkan bahwa seorang buron di Amerika Serikat bertobat setelah menyaksikan film ini. Disebutkan pula bahwa setelah itu ia menyerahkan diri kepada polisi. Bagi saya, ini lebih masuk akal jika disebut kebetulan belaka.

Kenyataannya, keuntungan besar yang diperoleh dan penderitaan Yesus tidak mengubahHidup dan hobi sadisme Mel, malah keuntungan diperolehnya digunakan untuk membuat film sadis berikutnya yang justru menunjukkan bagaimana iman Mel. Ia membuat film berikutnya berjudul 'Savage' (liar, ganas, biadab) dengan mengajak jagoan sadis 'David Carradine.' David terkenal sebagai jago silat dalam serial film 'Kungfu' yang penuh perkelahian. Film-filmnya bukan sekedar film keras tetapi juga 'anti Kristen'.

Sebagai khalayak, saya memang tidak boleh menghakimi, tapi ada bukti bahwa sang sutradara bukanlah seorang yang religius seperti yang diasumsikan sebagian orang. Misalnya saja, ia menambahkan beberapa hal di luar Injil ke dalam film ini dengan alasan hal-hal tersebut merupakan interpretasi sang sutradara. Hal ini mungkin masih bisa dimaklumi bila hal-hal yang dimasukan tersebut merupakan hal-hal yang ‘membangun’. Tapi, yang terjadi justru sebaliknya. Hal-hal tersebut malah bertentangan dengan Injil. Selain itu, sebuah berita menyebutkan bahwa sang sutradara mengusir seorang paruh baya yang ingin berdoa bersamanya karena merasa tersentuh dengan film ini. Ia bahkan melaporkan orang tua itu dan kasus ini akhirnya masuk ke pengadilan. Mungkinkah ini cerminan seorang religius?

Daftar Pustaka
http://groups.google.co.id/group/alt.culture.indonesia/browse_thread/thread/6eb534b6200b4311/4598705732b81530?lnk=st&q=the+passion+of+the+christ+di+indonesia&rnum=7&hl=id#4598705732b81530
http://movies.go.com/filmography/credits?movie_id=44981&name=passion_2003&genre=drama&studio=Newmarket%20Films
http://www.geocities.com/spawnist/datablog12.html
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0404/16/nas11.html
http://www.suarapembaruan.com/News/2004/03/07/
http://www.yabina.org/ www.yabina.org

1 komentar:

Anonim mengatakan...

aq pengen minta lagunya di pakein not-notnya!

byr gmpg gitcu!